Ikhlas Sulit, tapi Tidak Mustahil | Ustadz Ahmad Zainuddin Al Banjary Hafidzahullah
Penceramah
Rasulullah ﷺ selalu memberikan perhatian kepada para sahabat dalam mengajarkan kebaikan dengan metodologi yang mudah dan menarik perhatian.
Pentingnya tema ini: ikhlas adalah bagaikan pondasi dalam sebuah bangunan, ruh dalam sebuah anggota tubuh. Bangunan tidak ada manfaatnya jika tidak ada pondasi dan manusia tidak ada gunanya tanpa ruh.
Urgensi ikhlas:
- Ikhlas adalah pondasi amalan. Bagaikan ruh dalam jiwa atau pondasi dalam bangunan.
Ikhlas adalah dasar kesuksesan dan dasar keberuntungan yang dicari di dunia dan akhirat. Ikhlas ditinjau dari amalan seperti pondasi bangunan dan seperti kedudukan ruh dalam tubuh manusia, maka sebagaimana bangunan tidak akan kokoh selain ada pondasi yang kokoh dan dihalangi yang merusak, demikian juga amalan tanpa ikhlas tidak diterima amalannya.
Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (Qs.Al-Bayyinah: 5)
- Syarat Diterimanya amalan
Allah juga berfirman,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ
Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya. (Surat Kahfi ayat 110).
Yakni dengan mengerjakan amal yang semata-mata hanya karena Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Demikianlah syarat utama dari amal yang diterima oleh-Nya, yaitu harus ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan syariat yang telah dijelaskan oleh Rasulullah ﷺ.
Maka para penuntut ilmu harus naik kelas, bukan hanya sekedar menggugurkan amal, tapi berusaha diterimanya amal.
- Banyak sekali hal-hal yang melalaikan keikhlasan
Seorang ulama yang bernama Sufyan Ats Tsauri pernah berkata, “Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia berubah-ubah.” Niat yang baik atau keikhlasan merupakan sebuah perkara yang sulit untuk dilakukan. (Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim dinukil dari Ma’alim fii Thariq Thalabil ‘Ilmi, hal. 19)