
Kajian Ighatsatul Lahfan – Ustadz Abu Haidar As-Sundawy Hafidzahullah
IGHATSATUL LAHFAN
Menyelamatkan Hati Dari Tipu Daya Setan, Oleh: Syaikh Ibnul Qayyim al-Jauziyah, al-Qowam
Hati adalah raja yang memiliki kewenangan mutlak mengatur, mengeluarkan instruksi, dan pmenggunakan seluruh organ tubuh manusia. Seluruh organ tunduk kepada kekuasaannya, maka hati merupakan kunci keistiqomahan maupun penyimpangan organ.
Semua organ melaksanakan perintah hati dan menerima pemberiannya. Suatu perbuatan terlaksana dengan benar hanya apabila terbit dari kehendak hati. Hati adalah pertanggung jawab seluruh organ, karena “Setiap pemimpin adalah penanggung jawab bagi rakyatnya.”
Tak heran, setan senantiasa berusaha merusak hati manusia, memikatnya dengan pesona syahwat, menghias sifat dan perbuatan jahat, yang menghalanginya dari jalan kebenaran, menawarkan kepadanya sarana sarana kesesatan, dan memasang perangkap yang menjebaknya atau setidaknya menghambat perjalanannya menuju Allah.
Maka, menyelamatkan hati agar tetap terawat, sehat dan lurus menjadi fokus perhatian para penempuh jalan menuju Allah. Menyelamatkan hati agar terhindar dari penyakit dan mengobatinya jika telah tertimpa penyakit, merupakan langkah paling penting yang dilakukan oleh para ahli ibadah.
Tahukah Anda penyebab populernya gelar ‘Ibnul Qayyim al-Jauziyah’? Di kalangan para ulama dahulu maupun belakangan, imam besar ini populer dengan sebutan Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Sebagian ulama menyingkat dengan hanya menyebutnya Ibnul Qayyim. Sebutan terakhir ini lebih populer gaungnya di sisi ulama kontemporer.
Sebab populernya nama ini adalah karena ayahanda beliau; Imam Abu Bakr bin Ayub az-Zar’i, dalam jangka waktu yang lama menjabat sebagai qayyim (kepala) Madrasah al-Jauziyah di Damaskus. Maka ayahandanya mendapat julukan ‘Qayyim al-Jauziyah’. Anak-anak dan keturunannya pun dikenal dengan sebutan tersebut. Maka salah seorang dari mereka dipanggil dengan sebutan ‘Ibnul Qayyim al-Jauziyah’. Oleh karena itu, ia bukan satu-satunya yang mendapat sebutan ini. Hanya saja, ketika sebutan ini disampaikan secara mutlak, maka beliau lah (penulis kitab ini) yang dimaksud, sebab sebutan ini nyaris telah menyatu dengan namanya.
KOMENTAR PARA ULAMA TERHADAP KEILMUANNYA
Berkata Ibnu Rajab al-Hanbali, “Ia mendalami mazhab Hanbali menguasai dan berfatwa. Ia menguasai berbagai cabang ilmu keislaman. Penguasanya dalam bidang ilmu Tafsir tidak tertandingi seorangpun. Di bidang ushul fikih, ia adalah pakarnya. Di bidang hadits, baik meyangkut makna, fikih, maupun cara pengambilan kesimpulan yang rumit darinya, ia juga tidak terkalahkan. Ia sangat menguasai ilmu fikih, ushul fikih, bahasa Arab, ilmu kalam, nahwu, dan sebagainya. Ia juga mendalami ilmu tasawuf, mengerti ucapan, isyarat, dan seluk-beluk para ahli tasawuf. Di seluruh bidang ini, ia memiliki penguasaan ilmu yang sangat luas.”
Imam adz-Dzahabi berkata, “Ia memiliki perhatian hadits, baik terkait dengan matan maupun perawinya. Ia juga banyak bergelut dan menguasai ilmu fikih, nahwu, ushluhudin dan ushul fikih.”
Ibnu Katsir berkata, “Ia mendengar hadits, banyak bergelut dengan ilmu, dan menguasai berbagai bidang ilmu, terutama ilmu tafsir, hadits, serta ushluhuddin dan ushul fikih.”
Ibnu Taghri Burdi berkata, “Ia sangat menonjol dalam berbagai bidang ilmu, di antaranya: Ilmu tafsir, ilmu nahwu, ilmu hadits, ilmu ushul, dan ilmu furu.”
LIHAT DULU AKHLAKNYA …
Berapapun tinggi ilmu seseorang, namun apalah artinya jika ilmunya tadi tidak manfaat, karena ia tidak mewujudkan dalam amalan; alias ia tidak berakhlak dengan akhlak terpuji. Dan para ulama di samping mencari ilmu, mereka juga mempelajari akhlak gurunya. Lihatlah akhlak Ibnul Qayyim, menurut penuturan ulama yang lain;
al-Hafidz Ibnu Katsir berkata, “Bacaannya bagus, akhlaknyapun demikian. Sikapnya kepada orang lain sangat simpatik, tidak pernah iri, menyakiti, mencela, atau mendengki seorangpun. Secara umum, integritas, urusan, dan keadaannya jarang diperbincangkan. Ia seorang yang baik dan berakhlak mulia.”
Ikuti kajian Kitab ini bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy Hafidzahullah.